Minggu, 11 Juli 2010

yodium

yodium
Yodium (Yunani: Iodes - ungu), adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol I dan nomor atom 53. Unsur ini diperlukan oleh hampir semua mahkluk hidup. Yodium adalah halogen yang reaktivitasnya paling rendah dan paling bersifat elektropositif. Sebagai catatan, seharusnya astatin lebih rendah reaktivitasnya dan lebih elektropositif dari pada yodium, tapi kelangkaan astatin membuat sulit untuk mengkonfirmasikan hal ini.
Yodium terutama digunakan dalam medis, fotografi, dan sebagai pewarna. Seperti halnya semua unsur halogen lain, yodium ditemukan dalam bentuk molekul diatomik.
Yodium merupakan salah satu unsur dalam tubuh bersimbol I, berasal dari kata Iodine.
dalam bahasa indonesia meskipun masih belum ada keseragaman dalam penyebutan kata karena ada yang menggunakan Yodium ataupun Iodium tapi menurut beberapa pakar kesehatan hal itu tidak terlalu mempengaruhi Yodium/ Iodium sama saja kok
dampak Yodium
________________________________________
menurut pakar kesehatan, baik kelebihan maupun kekurangan Yodium akan menyebabkan masalah kesehatan.

dampak Kelebihan Yodium
1. adanya pembesaran Gondok
2. tremor (tangan bergetar, untuk mengetahui tremor sangat muda dengan meletakkan selembar kertas diatas kedua tangan yang diluruskan, apabila kedua tangan bergetar tanpa adanya angin dipastikan itu tremor)
3. mudah keringatan, meski di daerah yang dingin /ruang ber ac sekalipun
4. mudah marah
5. degup jantungnya lebih cepat
6. susah tidur
7. Makan melulu





penyakit Kelebihan Yodium hanya bisa diderita oleh pria/wanita setelah akil baligh, tidak terjadi pada anak-anak.

dampak kekurangan Yodium
1. adanya pembesaran Gondok
2. Ngantukan
3. degup jantungnya lemah
4. Malas, apatis

Yodium Tidak Rusak atau Hilang dalam Pemasakan..!
Iman Sumarno (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan)
MAKALAH ini ditulis karena adanya kontroversi dalam masyarakat tentang garam beryodium. Di satu pihak masyarakat dianjurkan untuk mengonsumsi garam beryodium, namun di lain pihak ada informasi yang menyatakan bahwa sebagian besar yodium dalam garam rusak pada saat proses pemasakan, bahkan bila digunakan membuat sambal atau masakan dengan cabai yang dihaluskan dan penambahan cuka yodium akan hilang. Sehingga masyarakat dianjurkan untuk menambahkan garam beryodium setelah makanan masak.
Apabila ini benar, maka gugur semua teori dan upaya untuk mencegah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) dengan yodisasi garam yang sudah dilakukan lebih dari 20 tahun. Ini berarti, apa yang dilakukan pemerintah selama ini, merupakan pekerjaan mubazir yang sia-sia. Namun sebelum kita menarik kesimpulan yang begitu drastis fakta justru menunjukkan bahwa yodisasi garam sangat efektif dalam menanggulangi GAKY. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian maupun dalam program penanggulangan GAKY di dalam negeri maupun beberapa negara di dunia.
Bukti empiris dari pengalaman di banyak negara di dunia dari Amerika Utara, Amerika Latin, Asia, dan Afrika, menunjukkan bahwa garam yodium sangat efektif dalam penanggulangan GAKY. Ketidakefektifan umumnya terjadi justru karena kegagalan pasokan, seperti di Afrika dan Mediteran. Di Guatemala, fluktuasi pasokan garam beryodium justru semakin memperkuat bukti bahwa garam beryodium sangat efektif untuk menanggulangi masalah GAKY. Pada awal program yodisasi garam terjadi penurunan prevalensi gondok. Saat terganggu pasokan garam beryodium karena peperangan, prevalensi gondok kembali meningkat.
Setelah situasi normal pasokan garam beryodium dapat berlangsung secara lancar, prevalensi gondok turun drastis. Hal ini membuktikan bahwa yodium masih ada dan dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Apalagi jenis bumbu yang digunakan negara Amerika Latin pun banyak menggunakan lada dan cabai. Jadi, kalau ada yang menyatakan bahwa yodium hilang maupun rusak dalam pemasakan mesti ada sesuatu yang keliru.
Sebenarnya, sudah dilakukan upaya untuk menjelaskan kebenaran masalah ini oleh departemen terkait dan Unicef, bahwa informasi rusaknya dan hilangnya garam beryodium dalam pemasakan adalah tidak benar. Namun, kontroversi masih tetap ada di masyarakat umum, pejabat, bahkan ilmuwan. Lebih ironis lagi, pertanyaan ini muncul dalam Seminar Nasional GAKY yang di adakan 4-6 November 2001 di Semarang, dan bahkan masih ada para ahli gizi pada awal Juli 2002 saat Kongres Persatuan Ahli Gizi dan Temu Ilmiah di Jakarta yang masih menganggap bahwa yodium rusak atau hilang dalam pemasakan menggunakan cabai atau cuka.
Kebenaran penelitian
Namun, upaya pembuktian masih belum memuaskan semua orang. Hal ini didasarkan kepada fakta, contoh, dan bukti empiris dari penggunaan garam beryodium di dunia. Karena itu, pada tahun 1999 dua penelitian telah dilakukan oleh Puslitbang Gizi dengan bantuan dana dari Unicef.
1. Penelitian laboratorium yaitu dengan pelabelan di yodium dengan metode radio isotop untuk melacak yodium dari garam dalam masakan.
2. Penelitian epidemiolgi, mengukur kadar yodium dalam urine murid wanita SLTA di Yogyakarta (daerah bukan pengonsumsi cabai), Bukittinggi (daerah pengonsumsi cabai merah), dan Tombatu serta Kawangkoan di Sulawesi Utara (daerah pengonsumsi cabai rawit). Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah yodium dalam garam yang dimasukkan ke dalam masakan masih dapat dimanfaatkan oleh tubuh.
Dua hasil penelitian ini saling menunjang. Penelitian laboratorium menunjukkan bahwa yodium masih ada di dalam masakan, dan yodium yang masih ada dalam masakan dapat dicerna tubuh, yang ditunjukkan dengan tingginya kadar yodium dalam urine anak sekolah di ketiga daerah penelitian. Penelitian dengan yodium yang diberi label menunjukkan bahwa penggunaan cabai dalam masakan, 90 persen masih dapat dideteksi di dalam makanan. Penambahan cuka makan 25 persen selain cabai mengakibatkan yodium yang dideteksi masih 77 persen.
Penelitian kadar yodium dalam urine di tiga daerah menunjukkan yodium dalam urine murid perempuan SLTA masih tinggi. Median yodium dalam urine murid perempuan SLTA sampel masing-masing 212,5 mg/L, 174,0 mg/L, dan 129,0 mg/L, masing-masing di Gunung Kidul, Bukittinggi, dan Minahasa. Semua masih berada di atas batas 100 mg/L, yang menunjukkan bahwa wilayah yang bersangkutan tidak termasuk daerah kekurangan yodium.
Pertanyaan yang timbul adalah, kenapa dengan metode iodometri dan wet digestion hanya sedikit bahkan tidak ada sama sekali yodium yang dapat diidentifikasi dalam makanan dengan bumbu cabai dan apalagi ditambah cuka? Secara kasar kedua metode ini menggunakan dasar reaksi kimiawi, yang mengakibatkan munculnya yodium bebas.
Yodium bebas inilah yang dideteksi, baik dengan titrasi maupun colorimetry. Pada saat KIO3 berada dalam garam pengujian, dengan kedua cara ini akan memberikan hasil yang sangat baik. Karena dalam reaksi dengan asam kuat akan timbul yodium bebas yang dapat dideteksi dengan titrasi, dengan amylum, atau dengan colorimetri.
Namun, begitu dicampur dengan bumbu yodium membentuk ikatan kompleks, apalagi cabai yang mempunyai rumus kimia yang panjang, sehingga penambahan asam kuat pun sebagian besar yodium tidak terurai bebas, akibatnya tidak bisa terdeteksi dengan titrasi maupun colorimetri. Padahal yodium tidak hilang atau rusak. Hal ini terbukti dengan pelabelan yodium dengan menggunakan radio isotop, ternyata yodium terdeteksi berada dalam makanan yang bersangkutan.
Namun, pertanyaan lain muncul apakah yodium yang terikat dalam garam kompleks dapat dimanfaatkan oleh tubuh? Lebih jauh lagi, walaupun dalam pengujian secara kimiawi yodium tidak dapat dideteksi, namun dalam tubuh yodium dapat diserap, terbukti dengan kadar yodium dalam urine yang masih di atas 100 mg/L. Walaupun demikian, memang tidak semua yodium dapat dideteksi hanya 90 persen dan penambahan cuka mengakibatkan yodium yang terdeteksi hanya tinggal 77 persen. Namun, 77 persen sudah cukup memenuhi kebutuhan yodium bila digunakan garam dengan kadar yodium 30 ppm.
Kesimpulannya adalah bila digunakan garam dengan kadar yodium 30 ppm, maka konsumsi yodium 165 mg per orang per hari, yang masih lebih tinggi dari kebutuhan 150 mg per hari, walaupun ibu memasak dengan cara memasukkan garam selama proses pemasakan (tidak harus ditunggu setelah yang dimasak matang).

POLA MAKAN SEIMBANG
Perkembangan kesehatan dan kecerdasan anak sudah dimulai sejak dalam kandungan.
Bila selama hamil pola makan ibu cukup baik dan seimbang, maka beragam jenis
zat gizi yang dibutuhkan tubuh, termasuk yodium akan terpenuhi.
Yodium termasuk zat gizi mikro esensial. Artinya, hanya
dibutuhkan dalam jumlah yang sangat sedikit oleh tubuh. Meskipun demikian,
apabila zat ini tidak terdapat dalam tubuh, banyak proses metabolisme
yang akan terganggu. Satu di antara sejumlah proses metabolisme yang membutuhkan
unsur yodium adalah pembentukan hormon tiroid.
Hormon tiroid dibentuk oleh kelenjar tiroid atau kelenjar gondok yang terletak
pada leher bagian depan, dekat jakun. Hormon ini berfungsi membantu proses perkembangan
dan pematangan otak, yang berlangsung sejak janin masih berada di dalam kandungan,
hingga lahir dan tumbuh dewasa. Pada keadaan normal, janin mulai memproduksi
hormon tiroid ketika kehamilan mencapai umur antara 10-12 minggu.
HASIL LAUT BANYAK MENGANDUNG YODIUM
Dengan mengkonsumsi yodium dalam porsi yang cukup, maka berbagai
gangguan yang diesbutkan di atas bisa dihindari. Di dalam tubuh kita, sebenarnya
kandungan yodium relatif sedikit, biasanya hanya 15 hingga 20 miligram. Sementara
itu, untuk proses pertumbuhan dan perkembangan , tubuh kita membutuhkan sekitar
150 mg per hari (0,10-0,15 gram). Kalau kebutuhan ini tidak ditambah terus secara
rutin melalui makanan, lama kelamaan yodium yang tersedia di dalam tubuh akan
terus berkurang.
Bahan makanan yang cukup banyak mengandung yodium adalah yang
berasal dari laut. Dalam ikan laut bisa mencapai 830 mg/kg.
Bandingkan dengan daging yang kandungan yodiumnya hanya 50 mg/kg, dan telur
hanya 93 mg/kg. Selain ikan laut, cumi-cumi juga mengandung yodium cukup tinggi,
yaitu sekitar 800 mg/kg. Yang paling tinggi kandungan yodiumnya adalah rumput
laut (ganggang laut), khususnya yang berwarna coklat.*
Banyaknya yodium yang dibutuhkan tubuh kita per hari, minimal sekitar 100 mg.
Karena itu, kalau kita mengkonsumsi ikan laut basah sebanyak 100 g/hari**, artinya
sudah mencukupi. Atau, kalau rumput laut coklat diolah menjadi hidangan yang
lezat, dengan 2-5 gr/hari/orang, kebutuhan yodium sekeluarga sudah dapat terpenuhi.
Sumber yodium lain yang mudah kita temui adalah garam. Yang
dimaksud di sini adalah garam beryodium dengan kadar yodium
antara 30-80 ppm (part per million). Kadar ini sesuai dengan Keppres RI no 69
th 1995 tentang kadar KIO (kalium yodat) di dalam garam dapur yang memenuhi
standar industri Indonesia.
Sumber: Majalah NIKAH Vol 3, No.11 Februari 2005 dengan diedit.
* Kalimat "Kandungan yodiumnya bisa mencapai 70.000-4.500.000 mg/kg."
dihilangkan (dengan izin redaktur) karena rancu.
**Di sumber disebut 100 mg/kg, diedit menjadi 100 g/kg.

YODIUM

Yodium biasanya terjadi di alam hanya sebagai yodat dan yodida atau kombinasi keduanya. Unsur yodium dalam kerak bumi, diantaranya adalah lautarit (IO3)2 atau kalsium yodat, dan dietzet (Ca (IO3)2 (CrO4) atau kalsium yodat kromat.

Keberadaan yodium di Indonesia tidak jauh berbeda kondisi kegeologiannya dengan keberadaan air dan minyak bumi, yaitu merupakan air konat atau air purba yang mengan-dung yodium dengan berbagai variasi dalam suatu endapan permeabel yang terjebak bagian atas dan bawahnya oleh lapisan impermeabel. Seperti halnya di Watudakon Jawa Timur reservoar yang mengandung yodium terjebak dalam suatu Antiklin Pucangan, Tempuran, dan Antiklin Segunung. Mineral yang mengandung yodium ini bersifat halus, dengan kilap kaca, berwarna abu-abu kehitaman mengandung unsur non logam, berat jenis sekitar 4,9. Potensi yodium di Watukadon total volume struktur antiklinnya sekitar 4,847 milyar m3, dengan total potensi struktur terisi gas adalah 472,19 juta m3, sedangkan struktur terisi brine adalah 4,375 milyar m3 dan cadangan potensial mencapai 288 juta m3.Yodium mempunyai titik leleh pada 113°C, dan menguap pada temperatur 184,4 ° C menjadi gas biru-ungu dengan bau kurang sedap.

Dalam industri farmasi yodium dimanfaatkan sebagai bahan baku utama untuk tingtur (larutan obat dalam alkohol), kesehatan (sanitary), industri desinfektan, dan herbisida. Yodium digunakan dalam garam rakyat untuk meningkatkan kualitas garam tersebut agar layak dan sehat untuk dikonsumsi.

Potensi yodium di Indonesia berdasarkan Tushadi Madiadipoera (1990) tersebar di beberapa lokasi dengan cadangan yang umumnya masih sumberdaya. Kandungannya berkisar dari yang terkecil hingga mencapai 182 mg/lt. Di beberapa tempat, muncul sebagai air lolosan (seepage) dengan debit 0,5 – 170 m3/hari. Lokasi cadangan yodium yang sudah dieksploitasi adalah di Watokadon Mojokerto, Jawa Timur dengan kapasitas 400 - 600 kl/air asin/hari dan mutu sekitar 112 - 182 mg/lt. Yodium di daerah ini terdapat dalam Formasi Kalibeng umur Miosen.

Kekurangan & Kelebihan Yodium DEFINISI
Yodium dibutuhkan untuk sintesa hormon tiroid.
Hampir 80% yodium dalam tubuh ditemukan dalam kelenjar tiroid dan hampir seluruhnya terdapat dalam hormon tiroid.

Makanan laut merupakan sumber makanan yang kaya akan yodium.

Jumlah iodida (bentuk dari yodium) dalam air yang diminum biasanya tergantung kepada kandungan iodida dalam tanah.


KEKURANGAN YODIUM

Sekitar 10% dari populasi dunia memiliki resiko mengalami kekurangan yodium karena tinggal di daerah ketinggian, dimana air minum hanya sedikit mengandung yodium.
Yodium ditambahkan pada beberapa garam meja yang diperjualbelikan (garam beryodium).

Pada kekurangan yodium, kelenjar tiroid berusaha untuk menangkap lebih banyak iodida untuk sintesa hormon tiroid dan membesar.

Seorang wanita hamil yang kekurangan yodium dapat melahirkan bayi yang otaknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, suatu keadaan yang disebut kretinisme.

Pada pemeriksaan darah dan air kemih, menunjukkan kadar yodium yang sangat rendah.

Diberikan yodium sebanyak 10 kali dosis harian yang dianjurkan, selama beberapa minggu.



KELEBIHAN YODIUM

Keracunan yodium disebabkan oleh konsumsi yodium dalam jumlah besar setiap hari (sebanyak 400 kali dari dosis harian yang dianjurkan) atau kadang sebagai akibat tinggal di tepi laut.

Kelebihan yodium dapat menyebabkan goiter (gondok) dan kadang hipertiroidisme.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar